Selasa, 25 Maret 2014

PENELITIAN TERHADAP KADAR HADITS


PESANTREN MODERN DAAR AL-ULUUM
ASAHAN KISARAN
TP : 2013 / 2014.
KATA PENGANTAR
Description: *Alhamdulillahirabbil’alamiin…. Segala puji bagi Allah swt, atas rahmat dan karunia-Nya. Kita patut bersyukur masih dapat /merasakan indahnya nikmat Allah. Shalawat serta salam keharibaan Rasulullah, keluarga serta sahabat-sahabatnya. Semoga kelak kita termasuk umat yang mendapat syafaatnya. Amiiin….. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada guru Pembina bidang studi Ilmu Hadist ini, atas tugas yang diberikannya kepada kami sehingga menambah sedikit wawasan kami tentang pelajaran Ilmu hadits ini. Terima kasih juga kepada rekan-rekan yang berpartisipasi dalam penyelesaian tugas makalah ini, semoga kiranya kita memperoleh manfaat atas apa yang telah kita lakukan. Sebelumnya kami minta maaf, kami yakin masih banyak terdapat kesalahan dalam penyelesaian makalah ini. Untuk itu, sudi kiranya kepada Pembina ataupun pembaca memberikan kritik serta arahan demi kesempurnaan makalah ini.  Kritik serta Saran, sangat membantu kami untuk perbaikan selanjutnya. Dan kami ucapkan terima kasih dan Selamat Membaca…  !!! J


                                        
DAFTAR ISI

Penelitian terhadap Kadar Hadist.

Bab I     : Pembahasan tentang Hadist
§  Pengertian Hadist………………………………… 4.
§  Macam – macam Hadist…………………………. 8.
§  Fungsi dan Tujuan Hadist………………………. 12.
Bab II   : Penelitian terhadap Hadist     
§  Riwayat Hidup Abu Daud………………………… 13.
§  Hadist-hadist karya Imam Abu Daud…………….. 14.
§  Isi Kitab Hadist Abu Daud………………………… 14.
§  Komentar para Ulama terhadap Kitab Hadits….. …15.
Referensi     :……………………………………….18.



BAB I : PEMBAHASAN TERHADAP HADIST.
       Sebelum masuk kepada topic utama pembahasan, yakni membahas tentang Metode Abu Daud dalam meriwayatkan Hadist, akan dimulai dengan membahas dasar-dasar dalam mempelajari Hadist, yakni : Pengertian Hadist, Macam-macam Hadist serta Fungsi dan Tujuan Hadist.
   Pengertian Hadist.
Secara Umum Hadist memiliki beberapa pengertian, yakni : Khabar, Cerita, Qisah, Perkataan, Perbuatan, Ketetapan dan Sifat-sifat nabi Muhammad saw.
a.     Pengertian Hadist menurut Bahasa :
ü Menurut Abu Luwis Ma’luf Al – Yusyu’I :

الحديث ج حداث – وحدثا
Artinya : Al –Hadist jamaknya adalah Hidats dan Hudatsa, yang artinya Berita atau Khabar.
ü Menurut  Dr. Shubhi Shalih :
الحديث من اللغة : الحديث من الاشاء , الحديث الخبر يأتي على القيل والكشير
Artinya : Al – Hadist menurut bahasa adalah yang baru dari sesuatu. Al – Hadist adalah Khabar yang datang, baik sedikit maupun banyak.
ü Menurut Prof.Dr.TM.Hasbi Ash – Shiddieqy :
“Qarib yang dekat, yang belum lama terjadi. Seperti perkataan Hidtsul ‘ahdi bil Islam, yang berarti orang baru masuk agama Islam.
b.    Hadist Menurut Istilah :
ü Menurut Ahmad bin Muhammad  :
الحديث من الاصطلاح : مااضيف الى النبى صلى الله عليه وسلم قول أوفعل أو تقريرا
Artinya : Al – Hadist menurut Istilah ialah Segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi saw, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun ketetapan Nabi.
ü Menurut Jamaluddin Al-Qasimi  :

الحديث ماأضيف الى النبى صلى الله عليه وسلم قولا أو فعلا أو تقرير أو صفة
Artinya : Al-Hadist adalah segala yang disandarkan kepada nabi saw, baik berupa perkataan, ketetapan, maupun sifat-sifat nabi.
ü Menurut Ahli Hadist :

أقواله صلى الله عليه وسلم وأفعاله وأحوله
Artinya : Segala ucapan nabi saw, segala perbuatan serta keadaan atau prilaku beliau.
ü Menurut yang terdapat dalam AL-QUR’AN :
Adapun pengertian Al-Hadist yang terdapat dalam Al-Qur’an terdiri dari beberapa ayat. Perkataan Hadist  yang terdapat dalam Al-Qur’an itu mengandung beberapa arti antara lain :
1.     Surat Az-Zariyat ayat 24 :
هااتاك حديث صيف ابراهيم المكرمين
Artinya : Sudah sampai kepada Muhammad cerita tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimulaikan.
2.     Surat An-Najm ayat  59 :
أفمن هذ الحديث يعجبون
Artinya : Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitahuan itu ?
3.     Surat  Thaha ayat 9 :
وهل اتك حديث موس
Artinya : Apakah telah sampai kepadamu kisah musa ?
          a). Hadist menurut bahasa adalah :
                   1. جديد     artinya yang baru.
                   2. قريب    artinya yang dekat.
                   3. خبر      artinya warta/berita.
          b). Menurut istilah adalah : segala sesuatu yang bersumber dari nabi saw, baik perkataan, perbuatan, maupun ketetapannya.
          c). Penyampaian hadist itu terdiri dari :
                   1. secara qauly.
Lafaz yang dipakai para sahabat dalam meriwayatkan hadist qauly yaitu :
Ø Sahabat berkata :
سمعت رسول الله ص.ع.و.........    
Saya dengar rasulullah saw…………
أخبر نب  رسول الله ص.ع.و..........
Rasulullah mengabarkan kepada ku………
حدثن رسول الله ص.ع.و..............
Rasulullah saw menceritakan kepada ku…….

Ø Sahabat berkata :
قال رسول الله ص.ع.و.........
Rasulullah saw bersabda ………
أمر رسول الله ع.و..............
Rasulullah saw menyuruh……..
نهى رسول الله ص.ع.و............
Rasulullah saw melarang……….

Ø Sahabat berkata :
أمر نا بكذا.....
Kami disuruh begini ……
نهىينا عن كذا.......
Kami dilarang begini…….

Contoh hadist Qauly :
عن ابو موس قال الله ص.ع.و. المؤمن كالبيان يس بعضه بعض (روه اشيغان)
Artinya : Dari Abu Musa, Rasulullah saw bersabda : seorang mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan batu tembok sebuah bangunan, dimana satu sama lain saling menguatkan ( hadist riwayat Syaikhan )
v secara fi’ly.
Lafaz yang dipakai para sahabat dalam meriwayatkan hadist fi’ly :
a.     Ada seorang sahabat berkata :
كان النبى ص.ع.و........
b.    Ada lagi seorang sahabat berkata :
أن النبى ص.ع.و............
c.      Ada seorang sahabat menyatakannya secara langsung apa yang dilakukan oleh Rasulullah tanpa mengatakan “Aku melihat Rasulullah “ atau “Adalah Rasulullah saw” atau “Sesungguhnya Rasulullah”………
رأيت رسول الله ص.ع.و...........
Contoh hadist Fi’ly :
كان النبى ص.ع.و. يسوى ضغوفنا اذا قمنا الى الصلاة فاذاستوينا تكبر (رواه المسلم)
Artinya : Adalah nabi meluruskan shaf-shaf kami ketika kami sholat. Apabila shaf kami telah lurus, barulah nabi bertakbir. (hadist riwayat muslim)
          3.secara taqriry.
          Yaitu sahabat mengerjakan suatu pekerjaan kemudian nabi tidak melarang dan tidak menyuruh tentang pekerjaan sahabat tersebut. Dengan kesimpulan bahwa nabi setuju dengan ppekerjaan itu tapi hanya boleh bukan harus.
Contoh hadist Taqriry :
كنا نصلى ركعتين بعد غروب الشمش وكان رسول الله ع.و.. يراناولم يأمرناولم ينهنا (رواه المسلم)
Artinya : adalah kami para sahabat sholat 2 rokaat sesudah terbenam matahari (sebelum maghrib), rasulullah melihat apa yang kami lakukan dan beliau diam tidak meyuruh dan tidak pulak merlarang (hadist riwayat muslim)

    Macam-Macam Hadist
Ø Hadits yang dilihat dari banyak sedikitnya perawi
-Hadits Mutawatir
-Hadits Ahad
ü Hadits Shahih
ü Hadits Hasan
ü Hadits Dha'if
Ø Menurut Macam Periwayatannya
Ø Hadits yang bersambung sanadnya (hadits Marfu' atau Maushul)
Ø Hadits yang terputus sanadnya
ü  Hadits Mu'allaq
ü  Hadits Mursal
ü  Hadits Mudallas
ü  Hadits Munqathi
ü  Hadits Mu'dhol
Ø Hadits-hadits dha'if disebabkan oleh cacat perawi
ü  Hadits Maudhu'
ü  Hadits Matruk
ü  Hadits Mungkar
ü  Hadits Mu'allal
ü  Hadits Mudhthorib
ü  Hadits Maqlub
ü  Hadits Munqalib
ü  Hadits Mudraj
ü  Hadits Syadz
I. Hadits yang dilihat dari banyak sedikitnya Perawi
I.A. Hadits Mutawatir
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad yang tidak mungkin sepakat untuk berdusta. Berita itu mengenai hal-hal yang dapat dicapai oleh panca indera. Dan berita itu diterima dari sejumlah orang yang semacam itu juga. Berdasarkan itu, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu hadits bisa dikatakan sebagai hadits Mutawatir:
1.     Isi hadits itu harus hal-hal yang dapat dicapai oleh panca indera.
2.     Orang yang menceritakannya harus sejumlah orang yang menurut ada kebiasaan, tidak mungkin berdusta. Sifatnya Qath'iy.
3.     Pemberita-pemberita itu terdapat pada semua generasi yang sama.
I.B. Hadits Ahad
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih tetapi tidak mencapai tingkat mutawatir. Sifatnya atau tingkatannya adalah "zhonniy". Sebelumnya para ulama membagi hadits Ahad menjadi dua macam, yakni hadits Shahih dan hadits Dha'if. Namun Imam At Turmudzy kemudian membagi hadits Ahad ini menjadi tiga macam, yaitu:
I.B.1. Hadits Shahih
Menurut Ibnu Sholah, hadits shahih ialah hadits yang bersambung sanadnya. Ia diriwayatkan oleh orang yang adil lagi dhobit (kuat ingatannya) hingga akhirnya tidak syadz (tidak bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih) dan tidak mu'allal (tidak cacat). Jadi hadits Shahih itu memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :
1.     Kandungan isinya tidak bertentangan dengan Al-Qur'an.
2.     Harus bersambung sanadnya
3.     Diriwayatkan oleh orang / perawi yang adil.
4.     Diriwayatkan oleh orang yang dhobit (kuat ingatannya)
5.     Tidak syadz (tidak bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih)
6.     Tidak cacat walaupun tersembunyi.
I.B.2. Hadits Hasan
Ialah hadits yang banyak sumbernya atau jalannya dan dikalangan perawinya tidak ada yang disangka dusta dan tidak syadz.
I.B.3. Hadits Dha'if
Ialah hadits yang tidak bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orang yang tidak adil dan tidak dhobit, syadz dan cacat.
II. Menurut Macam Periwayatannya
II.A. Hadits yang bersambung sanadnya
Hadits ini adalah hadits yang bersambung sanadnya hingga Nabi Muhammad SAW. Hadits ini disebut hadits Marfu' atau Maushul.
II.B. Hadits yang terputus sanadnya
II.B.1. Hadits Mu'allaq
Hadits ini disebut juga hadits yang tergantung, yaitu hadits yang permulaan sanadnya dibuang oleh seorang atau lebih hingga akhir sanadnya, yang berarti termasuk hadits dha'if.
II.B.2. Hadits Mursal
Disebut juga hadits yang dikirim yaitu hadits yang diriwayatkan oleh para tabi'in dari Nabi Muhammad SAW tanpa menyebutkan sahabat tempat menerima hadits itu.
II.B.3. Hadits Mudallas
Disebut juga hadits yang disembunyikan cacatnya. Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh sanad yang memberikan kesan seolah-olah tidak ada cacatnya, padahal sebenarnya ada, baik dalam sanad ataupun pada gurunya. Jadi hadits Mudallas ini ialah hadits yang ditutup-tutupi kelemahan sanadnya.
II.B.4. Hadits Munqathi
Disebut juga hadits yang terputus yaitu hadits yang gugur atau hilang seorang atau dua orang perawi selain sahabat dan tabi'in.
II.B.5. Hadits Mu'dhol
Disebut juga hadits yang terputus sanadnya yaitu hadits yang diriwayatkan oleh para tabi'it dan tabi'in dari Nabi Muhammad SAW atau dari Sahabat tanpa menyebutkan tabi'in yang menjadi sanadnya. Kesemuanya itu dinilai dari ciri hadits Shahih tersebut di atas adalah termasuk hadits-hadits dha'if.
III. Hadits-hadits dha'if disebabkan oleh cacat perawi
III.A. Hadits Maudhu'
Yang berarti yang dilarang, yaitu hadits dalam sanadnya terdapat perawi yang berdusta atau dituduh dusta. Jadi hadits itu adalah hasil karangannya sendiri bahkan tidak pantas disebut hadits.
III.B. Hadits Matruk
Yang berarti hadits yang ditinggalkan, yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi saja sedangkan perawi itu dituduh berdusta.
III.C. Hadits Mungkar
Yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi yang lemah yang bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang terpercaya / jujur.
III.D. Hadits Mu'allal
Artinya hadits yang dinilai sakit atau cacat yaitu hadits yang didalamnya terdapat cacat yang tersembunyi. Menurut Ibnu Hajar Al Atsqalani bahwa hadis Mu'allal ialah hadits yang nampaknya baik tetapi setelah diselidiki ternyata ada cacatnya. Hadits ini biasa disebut juga dengan hadits Ma'lul (yang dicacati) atau disebut juga hadits Mu'tal (hadits sakit atau cacat).
III.E. Hadits Mudhthorib
Artinya hadits yang kacau yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi dari beberapa sanad dengan matan (isi) kacau atau tidak sama dan kontradiksi dengan yang dikompromikan.
III.F. Hadits Maqlub
Artinya hadits yang terbalik yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang dalamnya tertukar dengan mendahulukan yang belakang atau sebaliknya baik berupa sanad (silsilah) maupun matan (isi).
III.G. Hadits Munqalib
Yaitu hadits yang terbalik sebagian lafalnya hingga pengertiannya berubah.
III.H. Hadits Mudraj
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang didalamnya terdapat tambahan yang bukan hadits, baik keterangan tambahan dari perawi sendiri atau lainnya.
III.I. Hadits Syadz
Hadits yang jarang yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah (terpercaya) yang bertentangan dengan hadits lain yang diriwayatkan dari perawi-perawi (periwayat / pembawa) yang terpercaya pula. Demikian menurut sebagian ulama Hijaz sehingga hadits syadz jarang dihapal ulama hadits. Sedang yang banyak dihapal ulama hadits disebut juga hadits Mahfudz.
    Fungsi dan Tujuan Hadist
1.     Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam al-Quran. Misalnya dalam Al-Quran terdapat ayat tentang sholat tetapi mengenai tata cara pelaksanaannya dijelaskan oleh Nabi.
2.  Sebagai penjelasan isi Al-Quran. Di dalam Al-Quran Allah memerintahkan manusia mendirikan shalat. Namun di dalam kitab suci tidak dijelaskan banyaknya raka’at, cara rukun dan syarat mendirikan shalat. Nabilah yang menyebut sambil mencontohkan jumlah raka’at setiap shalat, cara, rukun dan syarat mendirikan shalat.
3.  Menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar ketentuannya di dalam Al-Quran. Sebagai contoh larangan Nabi mengawini seorang perempuan dengan bibinya. Larangan ini tidak terdapat dalam larangan-larangan perkawinan di surat An-Nisa (4) : 23.
BAB II : PENELITIAN TERHADAP HADIST
   Riwayat Hidup Abu Daud
a.     Nama lengkap Abu Daud : Sulaiman bin Asy’ats bin Ishaq al-Azady As-Sajastani.
b.    Dilahirkan pada tahun 202 Hijriyah di Sijistan.
c.      Wafat pada tanggal 26 Syawal tahun 275 Hijriyah di Bashrah.
d.    Tempat-tempat pendidikannya :
-Daerah Hijas
-Daerah Syam
-Daerah Mesir
-Daerah Iraq
-Daerah Jazirah
-Daerah Khurazan
-Daerah Baghdad

e.      Guru-gurunya :
-Abi Amr Adh-Dhahir
-Al-Qa’nabi
-Abi Walid Ath-Thiyalisi
-Sulaiman bin Hambal
-Imam Ahmad bin Hamba
-Abdullah ibn Maslamah al-Qa’nabi
-Abdul Walid Ath-Thayalisy
-Abu Amar Al-Haudly
-Ibrahim ibn Musa al-Farra’
-Abu Bakar ibn Syaibah
-Ustman ibn Syaibah
-Ahmad bin Shaleh
-Ahmad bin Hambal
-Yahya bin Ma’ien
-Ishaq ibn Rawaih
-Abu Tsaur
-Qutaibah in Sa’id

f.      Murid-Muridnya :
-At-Turmudzy
-An-Nasay
-Abu ‘Awanah
-Ya’qub ibn Ishaq al-Asfirayiny
-Ahmad ibn Muhammad ibn Harun al Khallal al hambali
-Muhammad ibn Mundzir
-Abu Sa’id
-Ahmad ibn Muhammad ibn Ziyad al A’raby
-Muhammad ibn Bakar ibnAbdur Razzaq ibn Dasah at Tammar
-Abu Ali Muhammad ibn Ahmad ibn Amar al luluiy.


    Karya - Karya Imam Abu Daud
Kitab As sunan
Kitab Al Marasil
Kitab Al Qadar
Kitab An Nasikh wal Mansukh
Kitab Fada’il al A’mal
Kitab Az Zuhd
Dala’il an Nubuwah
Ibtida’al Wahyu
Ahbar al Khawarij

Isi Kitab Hadist Sunan Abu Daud

1.     Ath Tharah                                                                                159 bab
2.     Ash Shalatu                                                                               251 bab
3.     Shalatul Istisqa                                                                          11 bab
4.     Shalatus Safari (Shalat dalam Safar)                             20 bab
5.     At Thathawwu’ (Sembahyang Sunat)                                     27 bab
6.     Syahru Ramadhan (bulan Ramadhan)                                    10 bab
7.     As Sujudu                                                                                  8 bab
8.     Al Witru                                                                           32 bab
9.     Az Zakatu                                                                        46 bab
10.  Al  Luqathatu                                                                        20 bab
11.  Al Manasiku (amalan-amalan haji)                                     96 bab
12.   An Nikahi                                                                              49 bab
13.   Ath Thalaqu                                                                           50 bab
14.   Ash Shaumu                                                                          81 bab
15.   Al Jihadu                                                                                170 bab
16.   Ijabul Adlahi (kewajiban menyembelih qurba)                 25 bab
17.   Al Washaya                                                                           17 bab
18.   Al Faraidhu                                                                            18 bab
19.  Al Kharaju wal Imaratu wal Fai-u ( pajak tanah,Pemeritahan Dan rampasan perang yang diperoleh bukan dengan jalan pertempuran).                                 41 bab
20.           Al Janaizu                                                                              80 bab
21.           Al Aimanu wan Nudzuru                                                     25 bab
22.           Al Buyu’u                                                                              90 bab
23.           Al Aqdliyatu (perkara / putusan)                               31 bab
24.           Al Ilmu                                                                                   13 bab
25.           Asyribatu (masalah minuman)                                             22 bab
26.           Al Ath’imatu (masalah makanan)                              54 bab
27.           Ath Thibbu (perobatan)                                                       24 bab
28.           Al Ataaqu (kemerdekaan budak)                                15 bab
29.           Al Hurufu wal Qiraat                                                            39 bab
30.           Al Hamamu (tempat pemandian umum)                             2 bab
31.           Al Libasu                                                                               45 bab
32.           At Tarajjulu (penyisiran rambut)                                         21 bab
33.           Al Khatamu (cincin)                                                             8 bab
34.           Al Fatanu                                                                               7 bab
35.           Al Mahdi                                                                                12 bab
36.           Al Malahimu (pertempuran)                                                18 bab
37.           Al Hududu                                                                             38 bab
38.           Ad Diyatu                                                                              28 bab
39.           As Sunnatu                                                                            29 bab
40.           Al Adabu (tata susila)                                                 169 bab


    Komentar Para Ulama tentang Kitab Hadist Sunan Abu Daud
*Imam Ahmadbin Hambal dan Ibn Hanbal memuji kitab Abu Daud sebagai kitab yang baik dan indah. Abu Daud tidak hanya mencantumkan hadist-hadist shahih semata seperti yang dilakukan imam bukhori dan imam muslim tetapi ia juga memasukkan hadist hasan dan dhoif yang tidak terlalu lemah dan hadist yang tidak disepakati oleh para imam untuk ditinggalkan. Hadist yang sangat lemah ia jelaskan kelemahannya. Cara yg ditempuh dalam kitabnya itu dapat diketahui dari suratnya yg ia kirimkan kepada penduduk Makkah sebagai jawaban atas pertanyaan yg diajukan mereka mengenai kitab Sunannya. Abu Dawud menulis sbb “Aku mendengar dan menulis hadits Rasulullah SAW sebanyak 500.000 buah. Dari jumlah itu aku seleksi sebanyak 4.800 hadits yg kemudian aku tuangkan dalam kitab Sunan ini. Dalam kitab tersebut aku himpun hadits-hadits sahih semi sahih dan yg mendekati sahih. Dalam kitab itu aku tidak mencantumkan sebuah hadits pun yg telah disepakati oleh orang banyak utk ditinggalkan. Segala hadits yg mengandung kelemahan yg sangat kujelaskan sebagai hadits macam ini ada hadits yg tidak sahih sanadnya. Adapun hadits yg tidak kami beri penjelasan sedikit pun maka hadits tersebut bernilai salih dan sebagian dari hadits yg sahih ini ada yg lbh sahih daripada yg lain. Kami tidak mengetahui sebuah kitab sesudah Qur’an yg harus dipelajari selain daripada kitab ini. Empat buah hadits saja dari kitab ini sudah cukup menjadi pegangan bagi keberagaman tiap orang. Hadits tersebut adalah yg artinya Pertama “Segala amal itu hanyalah menurut niatnya dan tiap-tiap or memperoleh apa yg ia niatkan. Karena itu maka barang siapa berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya niscaya hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya pula. Dan barang siapa hijrahnya krn utk mendapatkan dunia atau krn perempuan yg ingin dikawininya maka hijrahnya hanyalah kepada apa yg dia hijrah kepadanya itu.” Kedua “Termasuk kebaikan Islam seseorang ialah meninggalkan apa yg tidak berguna baginya.” Ketiga “Tidaklah seseorang beriman menjadi mukmin sejati sebelum ia merelakan utk saudaranya apa-apa yg ia rela utk dirinya.” Keempat “Yang halal itu sudah jelas dan yg harampun telah jelas pula. Di antara keduanya terdapat hal-hal syubhat yg tidak diketahui oleh banyak orang. Barang siapa menghindari syubhat maka ia telah membersihkan agama dan kehormatan dirinya; dan barang siapa terjerumus ke dalam syubhat maka ia telah terjerumus ke dalam perbuatan haram ibarat penggembala yg menggembalakan ternaknya di dekat tempat terlarang.Ketahuilah sesungguhnya tiap penguasa itu mempunyai larangan. Ketahuilah sesungguhnya larangan Allah adl segala yg diharamkan-Nya. Ingatlah di dalam rumah ini terdapat sepotong daging jika ia baik maka baik pulalah semua tubuh dan jika rusak maka rusak pula seluruh tubuh. Ingatlah ia itu hati.” Demikianlah penegasan Abu Dawud dalam suratnya. Perkataan Abu Dawud itu dapat dijelaskan sebagai berikut Hadits pertama adl ajaran tentang niat dan keikhlasan yg merupakan asas utama bagi semua amal perbuatan diniah dan duniawiah. Hadits kedua merupakan tuntunan dan dorongan bagi ummat Islam agar selalu melakukan tiap yg bermanfaat bagi agama dan dunia.Hadits ketiga mengatur tentang hak-hak keluarga dan tetangga berlaku baik dalam pergaulan dgn orang lain meninggalkan sifat-sifat egoistis dan membuang sifat iri dengki dan benci dari hati masing-masing.Hadits keempat merupakan dasar utama bagi pengetahuan tentang halal haram serta cara memperoleh atau mencapai sifat wara’ yaitu dgn cara menjauhi hal-hal musykil yg samar dan masih dipertentangkan status hukumnya oleh para ulama krn utk menganggap enteng melakukan haram.Dengan hadits ini nyatalah bahwa keempat hadits di atas secara umum telah cukup utk membawa dan menciptakan kebahagiaan. Komentar Para Ulama Mengenai Kedudukan Kitab Sunan Abu Dawud Tidak sedikit ulama yg memuji kitab Sunan ini. Hujatul Islam Imam Abu Hamid al-Ghazali berkata “Sunan Abu Dawud sudah cukup bagi para mujtahid utk mengetahui hadits-hadits ahkam.” Demikian juga dua imam besar An-Nawawi dan Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah memberikan pujian terhadap kitab Sunan ini bahkan beliau menjadikan kitab ini sebagai pegangan utama di dalam pengambilan hokum. Hadits-hadits Sunan Abu Dawud yg Dikritik Imam Al-Hafiz Ibnul Jauzi telah mengkritik beberapa hadits yg dicantumkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya dan memandangnya sebagai hadits-hadits maudu’ . Jumlah hadits tersebut sebanyak 9 buah hadits. Walaupun demikian disamping Ibnul Jauzi itu dikenal sebagai ulama yg terlalu mudah memvonis “palsu” namun kritik-kritik telah ditanggapi dan sekaligus dibantah oleh sebagian ahli hadits seperti Jalaluddin Amerika Serikat-Suyuti. Dan andaikata kita menerima kritik yg dilontarkan Ibnul Jauzi tersebut maka sebenarnya hadits-hadits yg dikritiknya itu sedikit sekali jumlahnya dan hampir tidak ada pengaruhnya terhadap ribuan hadits yg terkandung di dalam kitab Sunan tersebut. Karena itu kami melihat bahwa hadits-hadits yg dikritik tersebut tidak mengurangi sedikit pun juga nilai kitab Sunan sebagai referensi utama yg dapat dipertanggungjawabkan keabsahanya. Jumlah Hadits Sunan Abu Dawud Di atas telah disebutkan bahwa isi Sunan Abu Dawud itu memuat hadits sebanyak 4.800 buah hadits. Namun sebagian ulama ada yg menghitungnya sebanyak 5.274 buah hadits. Perbedaan jumlah ini disebabkan bahwa sebagian orang yg menghitungnya memandang sebuah hadits yg diulang-ulang sebagai satu hadits namun yg lain menganggapnya sebagai dua hadits atau lebih. Dua jalan periwayatan hadits atau lbh ini telah dikenal di kalangan ahli hadits. Abu Dawud membagi kitab Sunannya menjadi beberapa kitab dan tiap-tiap kitab dibagi pula ke dalam beberapa bab. Jumlah kitab sebanyak 35 buah di antaranya ada 3 kitab yg tidak dibagi ke dalam bab-bab. Sedangkan jumlah bab sebanyak 1.871 buah bab.

         

REFERENSI :
*Blog.re.or.id/imam-abu-dawud.htm
*Pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/ulumul hadist/hadist/909/macam-macam-hadist.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar