PESANTREN
MODERN DAAR AL-ULUUM
ASAHAN
KISARAN
TP
: 2013 / 2014.
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamiin…. Segala puji bagi Allah
swt, atas rahmat dan karunia-Nya. Kita patut bersyukur masih dapat /merasakan
indahnya nikmat Allah. Shalawat serta salam keharibaan Rasulullah, keluarga
serta sahabat-sahabatnya. Semoga kelak kita termasuk umat yang mendapat
syafaatnya. Amiiin….. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada guru Pembina
bidang studi Ilmu Hadist ini, atas tugas yang diberikannya kepada kami sehingga
menambah sedikit wawasan kami tentang pelajaran Ilmu hadits ini. Terima kasih
juga kepada rekan-rekan yang berpartisipasi dalam penyelesaian tugas makalah
ini, semoga kiranya kita memperoleh manfaat atas apa yang telah kita lakukan.
Sebelumnya kami minta maaf, kami yakin masih banyak terdapat kesalahan dalam
penyelesaian makalah ini. Untuk itu, sudi kiranya kepada Pembina ataupun
pembaca memberikan kritik serta arahan demi kesempurnaan makalah ini. Kritik serta Saran, sangat membantu kami
untuk perbaikan selanjutnya. Dan kami ucapkan terima kasih dan Selamat
Membaca… !!! J
DAFTAR
ISI
Bab
I : Pembahasan tentang Hadist
§ Pengertian
Hadist………………………………… 4.
§ Macam –
macam Hadist…………………………. 8.
§ Fungsi dan
Tujuan Hadist………………………. 12.
Bab II
: Penelitian terhadap Hadist
§ Riwayat
Hidup Abu Daud………………………… 13.
§
Hadist-hadist karya Imam Abu Daud…………….. 14.
§ Isi Kitab
Hadist Abu Daud………………………… 14.
§ Komentar
para Ulama terhadap Kitab Hadits….. …15.
Referensi
:……………………………………….18.
BAB I : PEMBAHASAN TERHADAP HADIST.
Sebelum masuk kepada topic utama pembahasan, yakni membahas tentang Metode Abu Daud dalam meriwayatkan Hadist, akan dimulai dengan membahas dasar-dasar dalam mempelajari Hadist, yakni : Pengertian Hadist, Macam-macam Hadist serta Fungsi dan Tujuan Hadist.
Pengertian Hadist.
Secara Umum Hadist memiliki beberapa pengertian, yakni : Khabar, Cerita, Qisah, Perkataan, Perbuatan, Ketetapan dan Sifat-sifat nabi Muhammad saw.
a. Pengertian Hadist menurut Bahasa :
ü Menurut Abu Luwis Ma’luf Al – Yusyu’I :
الحديث ج حداث – وحدثا
Artinya : Al –Hadist jamaknya adalah Hidats
dan Hudatsa, yang artinya Berita atau Khabar.ü Menurut Dr. Shubhi Shalih :
الحديث من اللغة : الحديث من الاشاء , الحديث الخبر يأتي
على القيل والكشير
Artinya : Al – Hadist menurut bahasa adalah
yang baru dari sesuatu. Al – Hadist adalah Khabar yang datang, baik sedikit
maupun banyak.ü Menurut Prof.Dr.TM.Hasbi Ash – Shiddieqy :
“Qarib yang dekat, yang belum lama terjadi. Seperti perkataan Hidtsul ‘ahdi bil Islam, yang berarti orang baru masuk agama Islam.
b. Hadist Menurut Istilah :
ü Menurut Ahmad bin Muhammad :
الحديث من الاصطلاح : مااضيف الى النبى صلى الله عليه
وسلم قول أوفعل أو تقريرا
Artinya : Al – Hadist menurut Istilah ialah
Segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi saw, baik berupa perkataan, perbuatan,
maupun ketetapan Nabi.ü Menurut Jamaluddin Al-Qasimi :
الحديث ماأضيف الى النبى صلى الله عليه وسلم قولا أو
فعلا أو تقرير أو صفة
Artinya : Al-Hadist adalah segala yang
disandarkan kepada nabi saw, baik berupa perkataan, ketetapan, maupun
sifat-sifat nabi.ü Menurut Ahli Hadist :
أقواله صلى الله عليه وسلم وأفعاله وأحوله
Artinya : Segala ucapan nabi saw, segala
perbuatan serta keadaan atau prilaku beliau.ü Menurut yang terdapat dalam AL-QUR’AN :
Adapun pengertian Al-Hadist yang terdapat dalam Al-Qur’an terdiri dari beberapa ayat. Perkataan Hadist yang terdapat dalam Al-Qur’an itu mengandung beberapa arti antara lain :
1. Surat Az-Zariyat ayat 24 :
هااتاك حديث صيف ابراهيم المكرمين
Artinya : Sudah sampai kepada Muhammad cerita
tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimulaikan.2. Surat An-Najm ayat 59 :
أفمن هذ الحديث يعجبون
Artinya : Maka apakah kamu merasa heran
terhadap pemberitahuan itu ?3. Surat Thaha ayat 9 :
وهل اتك حديث موس
Artinya : Apakah telah sampai kepadamu kisah
musa ?a). Hadist menurut bahasa adalah :
1. جديد artinya yang baru.
2. قريب artinya yang dekat.
3. خبر artinya warta/berita.
b). Menurut istilah adalah : segala sesuatu yang bersumber dari nabi saw, baik perkataan, perbuatan, maupun ketetapannya.
c). Penyampaian hadist itu terdiri dari :
1. secara qauly.
Lafaz yang dipakai para sahabat dalam meriwayatkan hadist qauly yaitu :
Ø Sahabat berkata :
سمعت رسول الله ص.ع.و.........
Saya dengar rasulullah saw…………
أخبر نب رسول الله ص.ع.و..........
Rasulullah mengabarkan kepada ku………
حدثن رسول الله ص.ع.و..............
Rasulullah saw menceritakan kepada ku…….Ø Sahabat berkata :
قال رسول الله ص.ع.و.........
Rasulullah saw bersabda ………
أمر رسول الله ع.و..............
Rasulullah saw menyuruh……..
نهى رسول الله ص.ع.و............
Rasulullah saw melarang……….Ø Sahabat berkata :
أمر نا بكذا.....
Kami disuruh begini ……
نهىينا عن كذا.......
Kami dilarang begini…….Contoh hadist Qauly :
عن ابو موس قال الله ص.ع.و. المؤمن كالبيان يس بعضه بعض (روه اشيغان)
Artinya : Dari Abu Musa, Rasulullah saw bersabda : seorang mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan batu tembok sebuah bangunan, dimana satu sama lain saling menguatkan ( hadist riwayat Syaikhan )
v secara fi’ly.
Lafaz yang dipakai para sahabat dalam meriwayatkan hadist fi’ly :
a. Ada seorang sahabat berkata :
كان النبى ص.ع.و........
b. Ada lagi seorang sahabat
berkata :
أن النبى ص.ع.و............
c. Ada seorang
sahabat menyatakannya secara langsung apa yang dilakukan oleh Rasulullah tanpa
mengatakan “Aku melihat Rasulullah “ atau “Adalah Rasulullah saw” atau
“Sesungguhnya Rasulullah”………
رأيت رسول الله ص.ع.و...........
Contoh hadist Fi’ly :كان النبى ص.ع.و. يسوى ضغوفنا اذا قمنا الى الصلاة فاذاستوينا تكبر (رواه المسلم)
Artinya : Adalah nabi meluruskan shaf-shaf kami ketika kami sholat. Apabila shaf kami telah lurus, barulah nabi bertakbir. (hadist riwayat muslim)
3.secara taqriry.
Yaitu sahabat mengerjakan suatu pekerjaan kemudian nabi tidak melarang dan tidak menyuruh tentang pekerjaan sahabat tersebut. Dengan kesimpulan bahwa nabi setuju dengan ppekerjaan itu tapi hanya boleh bukan harus.
Contoh hadist Taqriry :
كنا نصلى ركعتين بعد غروب الشمش وكان رسول الله ع.و..
يراناولم يأمرناولم ينهنا (رواه المسلم)
Artinya : adalah kami para sahabat sholat 2
rokaat sesudah terbenam matahari (sebelum maghrib), rasulullah melihat apa yang
kami lakukan dan beliau diam tidak meyuruh dan tidak pulak merlarang (hadist
riwayat muslim)Macam-Macam Hadist
Ø Hadits yang dilihat dari banyak sedikitnya perawi
-Hadits Mutawatir
-Hadits Ahad
ü Hadits Shahih
ü Hadits Hasan
ü Hadits Dha'if
Ø Menurut Macam Periwayatannya
Ø Hadits yang bersambung sanadnya (hadits Marfu' atau Maushul)
Ø Hadits yang terputus sanadnya
ü Hadits Mu'allaq
ü Hadits Mursal
ü Hadits Mudallas
ü Hadits Munqathi
ü Hadits Mu'dhol
Ø Hadits-hadits dha'if disebabkan oleh cacat perawi
ü Hadits Maudhu'
ü Hadits Matruk
ü Hadits Mungkar
ü Hadits Mu'allal
ü Hadits Mudhthorib
ü Hadits Maqlub
ü Hadits Munqalib
ü Hadits Mudraj
ü Hadits Syadz
I. Hadits yang dilihat dari banyak sedikitnya Perawi
I.A. Hadits Mutawatir
Yaitu
hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad yang tidak
mungkin sepakat untuk berdusta. Berita itu mengenai hal-hal yang dapat dicapai
oleh panca indera. Dan berita itu diterima dari sejumlah orang yang semacam itu
juga. Berdasarkan itu, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu
hadits bisa dikatakan sebagai hadits Mutawatir:
1. Isi hadits itu
harus hal-hal yang dapat dicapai oleh panca indera. 2. Orang yang menceritakannya harus sejumlah orang yang menurut ada kebiasaan, tidak mungkin berdusta. Sifatnya Qath'iy.
3. Pemberita-pemberita itu terdapat pada semua generasi yang sama.
I.B. Hadits Ahad
Yaitu
hadits yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih tetapi tidak mencapai tingkat
mutawatir. Sifatnya atau tingkatannya adalah "zhonniy". Sebelumnya
para ulama membagi hadits Ahad menjadi dua macam, yakni hadits Shahih dan
hadits Dha'if. Namun Imam At Turmudzy kemudian membagi hadits Ahad ini menjadi
tiga macam, yaitu:
I.B.1. Hadits Shahih
Menurut
Ibnu Sholah, hadits shahih ialah hadits yang bersambung sanadnya. Ia
diriwayatkan oleh orang yang adil lagi dhobit (kuat ingatannya) hingga akhirnya
tidak syadz (tidak bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih) dan tidak
mu'allal (tidak cacat). Jadi hadits Shahih itu memenuhi beberapa syarat sebagai
berikut :
1. Kandungan isinya
tidak bertentangan dengan Al-Qur'an. 2. Harus bersambung sanadnya
3. Diriwayatkan oleh orang / perawi yang adil.
4. Diriwayatkan oleh orang yang dhobit (kuat ingatannya)
5. Tidak syadz (tidak bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih)
6. Tidak cacat walaupun tersembunyi.
I.B.2. Hadits Hasan
Ialah
hadits yang banyak sumbernya atau jalannya dan dikalangan perawinya tidak ada
yang disangka dusta dan tidak syadz.
I.B.3. Hadits Dha'if
Ialah
hadits yang tidak bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orang yang tidak
adil dan tidak dhobit, syadz dan cacat.
II. Menurut Macam PeriwayatannyaII.A. Hadits yang bersambung sanadnya
Hadits
ini adalah hadits yang bersambung sanadnya hingga Nabi Muhammad SAW. Hadits ini
disebut hadits Marfu' atau Maushul.
II.B. Hadits yang terputus sanadnyaII.B.1. Hadits Mu'allaq
Hadits
ini disebut juga hadits yang tergantung, yaitu hadits yang permulaan sanadnya
dibuang oleh seorang atau lebih hingga akhir sanadnya, yang berarti termasuk
hadits dha'if.
II.B.2. Hadits Mursal
Disebut
juga hadits yang dikirim yaitu hadits yang diriwayatkan oleh para tabi'in dari
Nabi Muhammad SAW tanpa menyebutkan sahabat tempat menerima hadits itu.
II.B.3. Hadits Mudallas
Disebut
juga hadits yang disembunyikan cacatnya. Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh
sanad yang memberikan kesan seolah-olah tidak ada cacatnya, padahal sebenarnya
ada, baik dalam sanad ataupun pada gurunya. Jadi hadits Mudallas ini ialah hadits
yang ditutup-tutupi kelemahan sanadnya.
II.B.4. Hadits Munqathi
Disebut
juga hadits yang terputus yaitu hadits yang gugur atau hilang seorang atau dua
orang perawi selain sahabat dan tabi'in.
II.B.5. Hadits Mu'dhol
Disebut
juga hadits yang terputus sanadnya yaitu hadits yang diriwayatkan oleh para
tabi'it dan tabi'in dari Nabi Muhammad SAW atau dari Sahabat tanpa menyebutkan
tabi'in yang menjadi sanadnya. Kesemuanya itu dinilai dari ciri hadits Shahih
tersebut di atas adalah termasuk hadits-hadits dha'if.
III. Hadits-hadits dha'if disebabkan oleh
cacat perawiIII.A. Hadits Maudhu'
Yang
berarti yang dilarang, yaitu hadits dalam sanadnya terdapat perawi yang
berdusta atau dituduh dusta. Jadi hadits itu adalah hasil karangannya sendiri
bahkan tidak pantas disebut hadits.
III.B. Hadits Matruk
Yang
berarti hadits yang ditinggalkan, yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh
seorang perawi saja sedangkan perawi itu dituduh berdusta.
III.C. Hadits Mungkar
Yaitu
hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi yang lemah yang bertentangan
dengan hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang terpercaya / jujur.
III.D. Hadits Mu'allal
Artinya
hadits yang dinilai sakit atau cacat yaitu hadits yang didalamnya terdapat
cacat yang tersembunyi. Menurut Ibnu Hajar Al Atsqalani bahwa hadis Mu'allal
ialah hadits yang nampaknya baik tetapi setelah diselidiki ternyata ada
cacatnya. Hadits ini biasa disebut juga dengan hadits Ma'lul (yang dicacati)
atau disebut juga hadits Mu'tal (hadits sakit atau cacat).
III.E. Hadits Mudhthorib
Artinya
hadits yang kacau yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi dari
beberapa sanad dengan matan (isi) kacau atau tidak sama dan kontradiksi dengan
yang dikompromikan.
III.F. Hadits Maqlub
Artinya
hadits yang terbalik yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang dalamnya
tertukar dengan mendahulukan yang belakang atau sebaliknya baik berupa sanad
(silsilah) maupun matan (isi).
III.G. Hadits Munqalib
Yaitu hadits yang
terbalik sebagian lafalnya hingga pengertiannya berubah.
III.H. Hadits Mudraj
Yaitu
hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang didalamnya terdapat tambahan
yang bukan hadits, baik keterangan tambahan dari perawi sendiri atau lainnya.
III.I. Hadits Syadz
Hadits
yang jarang yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah (terpercaya)
yang bertentangan dengan hadits lain yang diriwayatkan dari perawi-perawi
(periwayat / pembawa) yang terpercaya pula. Demikian menurut sebagian ulama
Hijaz sehingga hadits syadz jarang dihapal ulama hadits. Sedang yang banyak
dihapal ulama hadits disebut juga hadits Mahfudz.
Fungsi dan Tujuan Hadist
1. Menegaskan lebih lanjut
ketentuan yang terdapat dalam al-Quran. Misalnya dalam Al-Quran terdapat ayat
tentang sholat tetapi mengenai tata cara pelaksanaannya dijelaskan oleh Nabi.
2. Sebagai penjelasan isi Al-Quran. Di dalam Al-Quran Allah memerintahkan manusia mendirikan shalat. Namun di dalam kitab suci tidak dijelaskan banyaknya raka’at, cara rukun dan syarat mendirikan shalat. Nabilah yang menyebut sambil mencontohkan jumlah raka’at setiap shalat, cara, rukun dan syarat mendirikan shalat.
3. Menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar ketentuannya di dalam Al-Quran. Sebagai contoh larangan Nabi mengawini seorang perempuan dengan bibinya. Larangan ini tidak terdapat dalam larangan-larangan perkawinan di surat An-Nisa (4) : 23.
BAB II : PENELITIAN TERHADAP HADIST 2. Sebagai penjelasan isi Al-Quran. Di dalam Al-Quran Allah memerintahkan manusia mendirikan shalat. Namun di dalam kitab suci tidak dijelaskan banyaknya raka’at, cara rukun dan syarat mendirikan shalat. Nabilah yang menyebut sambil mencontohkan jumlah raka’at setiap shalat, cara, rukun dan syarat mendirikan shalat.
3. Menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar ketentuannya di dalam Al-Quran. Sebagai contoh larangan Nabi mengawini seorang perempuan dengan bibinya. Larangan ini tidak terdapat dalam larangan-larangan perkawinan di surat An-Nisa (4) : 23.
Riwayat Hidup Abu Daud
a.
Nama lengkap Abu Daud : Sulaiman bin Asy’ats bin Ishaq al-Azady As-Sajastani.
b.
Dilahirkan pada tahun 202 Hijriyah di Sijistan.
c.
Wafat pada tanggal 26 Syawal tahun 275 Hijriyah di Bashrah.
d.
Tempat-tempat pendidikannya :
-Daerah Hijas
-Daerah Syam
-Daerah Mesir
-Daerah Iraq
-Daerah Jazirah
-Daerah Khurazan
-Daerah Baghdad
e. Guru-gurunya :
-Abi Amr Adh-Dhahir
-Al-Qa’nabi
-Abi Walid Ath-Thiyalisi
-Sulaiman bin Hambal
-Imam Ahmad bin Hamba
-Abdullah ibn Maslamah al-Qa’nabi
-Abdul Walid Ath-Thayalisy
-Abu Amar Al-Haudly
-Ibrahim ibn Musa al-Farra’
-Abu Bakar ibn Syaibah
-Ustman ibn Syaibah
-Ahmad bin Shaleh
-Ahmad bin Hambal
-Yahya bin Ma’ien
-Ishaq ibn Rawaih
-Abu Tsaur
-Qutaibah in Sa’id
f. Murid-Muridnya :
-At-Turmudzy
-An-Nasay
-Abu ‘Awanah
-Ya’qub ibn Ishaq al-Asfirayiny
-Ahmad ibn Muhammad ibn Harun al Khallal al hambali
-Muhammad ibn Mundzir
-Abu Sa’id
-Ahmad ibn Muhammad ibn Ziyad al A’raby
-Muhammad ibn Bakar ibnAbdur Razzaq ibn Dasah at Tammar
-Abu Ali Muhammad ibn Ahmad ibn Amar al luluiy.
Karya - Karya Imam Abu Daud
Kitab As sunan
Kitab Al Marasil
Kitab Al Qadar
Kitab An Nasikh wal Mansukh
Kitab Fada’il al A’mal
Kitab Az Zuhd
Dala’il an Nubuwah
Ibtida’al Wahyu
Ahbar al Khawarij
Isi Kitab Hadist
Sunan Abu Daud
1. Ath Tharah 159
bab
2. Ash Shalatu 251
bab
3. Shalatul Istisqa 11
bab
4. Shalatus Safari (Shalat dalam Safar) 20 bab
5. At Thathawwu’ (Sembahyang Sunat) 27 bab
6. Syahru Ramadhan (bulan Ramadhan) 10 bab
7. As Sujudu 8
bab
8. Al
Witru 32
bab
9. Az
Zakatu
46 bab
10. Al Luqathatu 20
bab
11. Al Manasiku (amalan-amalan haji) 96
bab
12.
An Nikahi 49
bab
13.
Ath Thalaqu 50
bab
14.
Ash Shaumu 81
bab
15.
Al Jihadu 170
bab
16. Ijabul Adlahi (kewajiban menyembelih qurba) 25 bab
17. Al Washaya 17
bab
18. Al Faraidhu 18
bab
19. Al Kharaju wal Imaratu wal Fai-u ( pajak tanah,Pemeritahan Dan rampasan
perang yang diperoleh bukan dengan jalan pertempuran). 41
bab
20.
Al Janaizu 80
bab
21.
Al Aimanu wan Nudzuru 25
bab
22.
Al Buyu’u 90
bab
23.
Al Aqdliyatu (perkara / putusan) 31
bab
24.
Al Ilmu 13
bab
25.
Asyribatu (masalah minuman) 22
bab
26.
Al Ath’imatu (masalah makanan) 54
bab
27.
Ath Thibbu (perobatan) 24
bab
28.
Al Ataaqu (kemerdekaan budak) 15 bab
29.
Al Hurufu wal Qiraat 39
bab
30.
Al Hamamu (tempat pemandian umum) 2
bab
31.
Al Libasu 45
bab
32.
At Tarajjulu (penyisiran rambut) 21
bab
33.
Al Khatamu (cincin) 8
bab
34.
Al Fatanu 7
bab
35.
Al Mahdi 12
bab
36.
Al Malahimu (pertempuran) 18
bab
37.
Al Hududu 38
bab
38.
Ad Diyatu 28
bab
39.
As Sunnatu 29
bab
40.
Al Adabu (tata susila) 169
bab
Komentar Para Ulama tentang Kitab Hadist Sunan Abu Daud
Imam
Ahmadbin Hambal dan Ibn Hanbal memuji kitab Abu Daud sebagai kitab yang baik
dan indah. Abu Daud tidak hanya mencantumkan hadist-hadist shahih semata
seperti yang dilakukan imam bukhori dan imam muslim tetapi ia juga memasukkan
hadist hasan dan dhoif yang tidak terlalu lemah dan hadist yang tidak
disepakati oleh para imam untuk ditinggalkan. Hadist yang sangat lemah ia
jelaskan kelemahannya. Cara yg ditempuh dalam kitabnya itu dapat diketahui dari
suratnya yg ia kirimkan kepada penduduk Makkah sebagai jawaban atas pertanyaan
yg diajukan mereka mengenai kitab Sunannya. Abu Dawud menulis sbb “Aku
mendengar dan menulis hadits Rasulullah SAW sebanyak 500.000 buah. Dari jumlah
itu aku seleksi sebanyak 4.800 hadits yg kemudian aku tuangkan dalam kitab
Sunan ini. Dalam kitab tersebut aku himpun hadits-hadits sahih semi sahih dan
yg mendekati sahih. Dalam kitab itu aku tidak mencantumkan sebuah hadits pun yg
telah disepakati oleh orang banyak utk ditinggalkan. Segala hadits yg
mengandung kelemahan yg sangat kujelaskan sebagai hadits macam ini ada hadits
yg tidak sahih sanadnya. Adapun hadits yg tidak kami beri penjelasan sedikit
pun maka hadits tersebut bernilai salih dan sebagian dari hadits yg sahih ini
ada yg lbh sahih daripada yg lain. Kami tidak mengetahui sebuah kitab sesudah
Qur’an yg harus dipelajari selain daripada kitab ini. Empat buah hadits saja
dari kitab ini sudah cukup menjadi pegangan bagi keberagaman tiap orang. Hadits
tersebut adalah yg artinya Pertama “Segala amal itu hanyalah menurut niatnya
dan tiap-tiap or memperoleh apa yg ia niatkan. Karena itu maka barang siapa
berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya niscaya hijrahnya kepada Allah dan
Rasul-Nya pula. Dan barang siapa hijrahnya krn utk mendapatkan dunia atau krn
perempuan yg ingin dikawininya maka hijrahnya hanyalah kepada apa yg dia hijrah
kepadanya itu.” Kedua “Termasuk kebaikan Islam seseorang ialah meninggalkan apa
yg tidak berguna baginya.” Ketiga “Tidaklah seseorang beriman menjadi mukmin sejati sebelum
ia merelakan utk saudaranya apa-apa yg ia rela utk dirinya.” Keempat “Yang
halal itu sudah jelas dan yg harampun telah jelas pula. Di antara keduanya
terdapat hal-hal syubhat yg tidak diketahui oleh banyak orang. Barang siapa
menghindari syubhat maka ia telah membersihkan agama dan kehormatan dirinya;
dan barang siapa terjerumus ke dalam syubhat maka ia telah terjerumus ke dalam
perbuatan haram ibarat penggembala yg menggembalakan ternaknya di dekat tempat
terlarang.Ketahuilah sesungguhnya tiap penguasa itu mempunyai larangan.
Ketahuilah sesungguhnya larangan Allah adl segala yg diharamkan-Nya. Ingatlah
di dalam rumah ini terdapat sepotong daging jika ia baik maka baik pulalah
semua tubuh dan jika rusak maka rusak pula seluruh tubuh. Ingatlah ia itu
hati.” Demikianlah penegasan Abu Dawud dalam suratnya. Perkataan Abu Dawud itu
dapat dijelaskan sebagai berikut Hadits pertama adl ajaran tentang niat dan
keikhlasan yg merupakan asas utama bagi semua amal perbuatan diniah dan
duniawiah. Hadits kedua merupakan tuntunan dan dorongan bagi ummat Islam agar
selalu melakukan tiap yg bermanfaat bagi agama dan dunia.Hadits ketiga mengatur
tentang hak-hak keluarga dan tetangga berlaku baik dalam pergaulan dgn orang
lain meninggalkan sifat-sifat egoistis dan membuang sifat iri dengki dan benci
dari hati masing-masing.Hadits keempat merupakan dasar utama bagi pengetahuan
tentang halal haram serta cara memperoleh atau mencapai sifat wara’ yaitu dgn
cara menjauhi hal-hal musykil yg samar dan masih dipertentangkan status
hukumnya oleh para ulama krn utk menganggap enteng melakukan haram.Dengan
hadits ini nyatalah bahwa keempat hadits di atas secara umum telah cukup utk
membawa dan menciptakan kebahagiaan. Komentar Para Ulama Mengenai Kedudukan
Kitab Sunan Abu Dawud Tidak sedikit ulama yg memuji kitab Sunan ini. Hujatul
Islam Imam Abu Hamid al-Ghazali berkata “Sunan Abu Dawud sudah cukup bagi para
mujtahid utk mengetahui hadits-hadits ahkam.” Demikian juga dua imam besar
An-Nawawi dan Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah memberikan pujian terhadap kitab Sunan
ini bahkan beliau menjadikan kitab ini sebagai pegangan utama di dalam
pengambilan hokum. Hadits-hadits Sunan Abu Dawud yg Dikritik Imam Al-Hafiz
Ibnul Jauzi telah mengkritik beberapa hadits yg dicantumkan oleh Abu Dawud
dalam Sunannya dan memandangnya sebagai hadits-hadits maudu’ . Jumlah hadits tersebut
sebanyak 9 buah hadits. Walaupun demikian disamping Ibnul Jauzi itu dikenal
sebagai ulama yg terlalu mudah memvonis “palsu” namun kritik-kritik telah
ditanggapi dan sekaligus dibantah oleh sebagian ahli hadits seperti Jalaluddin
Amerika Serikat-Suyuti. Dan andaikata kita menerima kritik yg dilontarkan Ibnul
Jauzi tersebut maka sebenarnya hadits-hadits yg dikritiknya itu sedikit sekali
jumlahnya dan hampir tidak ada pengaruhnya terhadap ribuan hadits yg terkandung
di dalam kitab Sunan tersebut. Karena itu kami melihat bahwa hadits-hadits yg
dikritik tersebut tidak mengurangi sedikit pun juga nilai kitab Sunan sebagai
referensi utama yg dapat dipertanggungjawabkan keabsahanya. Jumlah Hadits Sunan
Abu Dawud Di atas telah disebutkan bahwa isi Sunan Abu Dawud itu memuat hadits
sebanyak 4.800 buah hadits. Namun sebagian ulama ada yg menghitungnya sebanyak
5.274 buah hadits. Perbedaan jumlah ini disebabkan bahwa sebagian orang yg
menghitungnya memandang sebuah hadits yg diulang-ulang sebagai satu hadits namun
yg lain menganggapnya sebagai dua hadits atau lebih. Dua jalan periwayatan
hadits atau lbh ini telah dikenal di kalangan ahli hadits. Abu Dawud membagi
kitab Sunannya menjadi beberapa kitab dan tiap-tiap kitab dibagi pula ke dalam
beberapa bab. Jumlah kitab sebanyak 35 buah di antaranya ada 3 kitab yg tidak
dibagi ke dalam bab-bab. Sedangkan jumlah bab sebanyak 1.871 buah bab.
REFERENSI :
*Blog.re.or.id/imam-abu-dawud.htm
*Pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/ulumul hadist/hadist/909/macam-macam-hadist.html